Selasa, 26 April 2016

Sarjana Teknik Industri Kualitas, Tantangan dan Prospeknya dalam Era Perdagangan Bebas



REVIEW JURNAL
SARJANA TEKNIK INDUSTRI
KUALITAS, TANTANGAN DAN PROSPEKNYA
DALAM ERA PERDAGANGAN BEBAS


PENDAHULUAN
Sejak zaman orde beru telah dibebaskan lalu lintas perdangangan  impor-ekspor yang disrtai pembebasan lalu lintas devisa dan kebijaksanaan swasembada (orientasi pasar dalam negeri yang diproteksi) untuk selama periode 1969-1984. Dunia usaha merasakan sebagai perubahan yang terus menerus, disertai kekhawatiran bahwa peraturan-peraturan berubah terus, sehingga seringkali mengambil sikap menunggu. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia dapat diperlihatkan dengan adanya suatu plateau, telah diadakan berbagai dergulasi, destatisasi, debirokratisasi dan deregulasi, mempersiapkan sisten nasional untuk dapat dengan tangguh memasuki era orientasi pasar internasional.

PERSAINGAN KERAS DALAM ERA PERDAGANGAN BEBAS

A.      Struktur Persaingan Sempurna, Oligopoli, Monopoli atau Kombinasinya?
Persaingan dalam negeri yang selama ini berlangsung tampaknya merupakan kombinasi dari ketiga bentuk dasar struktur pasar. Antara lain persaingan sempurna, persaingan tak sempurna, oligopoli dan monopoli. Masing-masing pelaku telah terbiasa dengan masing0 masing struktur yang bergantung terhadap pengalamannya.
Mereka terbiasa bersaing secara tak sempurna dan oligopoli dimana mereka hanya menghadapi beberapa pesaing saja. Apabila mereka sepakat, maka mereka dapat mempunyai pengaruh yang besar terhadap suasana pasarnya, seperti penentuan harga, kuota dan lain sebagainya.
Ada pula yang terbiasa dengan cara monopoli, seperti pos dan giro, telekomunikasi dan ebberapa perusahaan yang didukung oleh birokrasi pemerintahan. Meskipun hal ini tidak tercantum dalam UUD 1945, yang seharusnya bentuknya didasarkan kepada azas kekeluargaan.

B.       Kondisi Dunia Industri Indonesia Dewasa Ini
Kondisi Industri Indonesia saat ini memang sangat beraneka ragam. Ada yang sudah terbiasa dibuai oleh proteksi yang berlebihan dari pemerintahan, sehingga mereka memang tidak memiliki daya saing yang tangguh. Kondisi ini berbahaya sekali untuk masa depan dengan perdagangan bebas antar negera yang disepakati dalam GATT (General Agreement on Trade and Tariffs), GATS (General Agreement on Trade in Service) dan WTO (World Trade Organization).
Ketiga Organisasi itu dapat memberikan persaingan internasional, karena perusahaan dari negara manapun akan bisa masuk kenegara manapun tanpa dihalangi oleh halangan tarif maupun nontarif. Tingkat bea masuk akan diturunkan ke bawah lima persen, bahkan juga akan dihapuskan.
Berbagai bentuk monopoli akan harus dihapuskan dan berbagai bentuk proteksi harus dihilangkan. Semua harus masuk ke dalam persaingan internasional. Bentuk persaingannya bisa saja berbentuk oligopolistik atau persaingan tak sempurna lainnya.

C.      Problem Yang Harus Dilakukan Oleh Semuanya
Berntuk persaingan oligopolistik atau persaingan tak sempurna lainnya itu sekarang berskala internasional. Pesaing bisa datang dari negara manapun di dunia. Karena itu perusahaan di Indonesia harus menjadi perusahaan kelas dunia.
Hal-hal yang harus dimiliki untuk menjadi perusahaan kelas dunia antara lain hasil produk nya memenuhi persyaratan internasional, seperti ISO 9000-an, ISO 12000-an, atau ISO 16000-an dan sebagainya. Harga jual harus bersaing di tempat pasar yaitu yang mempunyai keunggulan harga jualnya. Harga jual ini sudah termaksud biaya transportasi ke tempat dan harus dipenuhi ketepatan waktu penyerahan sesuai dengan perjanjian, bahkan dapat harus lebih cepat dari para pesaingnya.
Banyaknya percobaan yang harus dilakukan termaksud pendidikan orang di Indonesia menjadi manusia industrial Indonesia yang baru. Ia harus bekerja keras, cermat, hemat, kreatif, selalu berusaha untuk mencapai yang terbaik, tidak cepat puas, disiplin, bertanggung jawab, menghargai waktu, percaya diri, bekerja secara profesional, memiliki pengetahuan dan teknologi yang tinggi, suka akan percobaan dan mempunyai kemampuan manajerial yang baru.
Artinya, Indonesia akan harus melakukan rekayasa budaya masyarakatnya dengan proses yang terstruktur agar dengan cepat bisa melakukan percobaan massal itu. Disinilah fungsu dunia pendidikan anan harus menonjol dalam menciptakan itu. Hal tersebut juga berlaku pada tingkat universitas pada umumnya, dan pada pendidikan teknik industri khususnya.

PEMBENTUKAN SUMBER DAYA MANUSIA YANG DIPERLUKAN

A.      Situasi Lulusan Teknik Industri Dewasa Ini
Pendidikan teknik industri saat ini amat bervariasi, mulai dari yang sangat terbatas karena kelengkapan pengajar dan sarana pendidikannya maupun oleh karena kurang interaksinya dengan dunia ilmu pengetahuan dan praktek yang luas.
Bagi diri para lulusan persaingan itu lebih berarti persaingan dengan sesama profesional dari negara lainnya. Hal ini berupakan masalah yang berat bila ia tidak dipersiapkan dengan baik untuk itu. Perusahaan bisa saja menerima profesional dari negara lain apabila kualitasnya lebih baik daripada lulusan dalam negeri. Apalagi juka tingkat gaji yang dminta oleh orang dari negara lain itu tidak tinggi, seperti halnya dengan profesional yang datang dari India. Dan banyak negara lain bisa menawarkan profesionalnya ke Indonesia, semacam ekspor TKI saat ini.
B.       Peran Sarjana Teknik Industri di Indonesia
Menurut Baharudin Jusuf Habibie (Mantan Presiden RI ke-3), sarjana teknik industri kita masih pada tingkatan ke-1, yaitu kemampuan untuk menggunakan teknologi yang sudah dikenal. Ini masih merupakan tingkatan yang rendah.
Untuk dapat bersaing kita harus dapat menciptakan teknologi baru melalui proses inovasi teknologi itu. Pada tingkatan kemampuan penguasaan teknologi versi Habibie langkah pertama ang harus dilakukan adalah menciptakan teknooligi baru dengan cara memperbaiki teknologi yang sudah dikenal atau mengkombinasikan dua atau lebih teknologi yang sudah dikenal untuk membentuk teknologi baru. Ini disebut sebagai kemampuan tingkat 2.
Tingkat penguasaan yang lebih tinggi adalah penciptaan teknologi baru sama sekali. Teknologi baru dihasilkan atas dasar suatu invention yang telah banyak terjadi sebelumnya. Perlhui bahwa invention adalah suatu penemuan aplikasi suatu pengetahuian dasar kepada pembentukan teknologi tadi.
Maka jelaslah bahwa pada industri Indonesia belum terbentuk kegiatan inovasi teknologi baru, karena kegiatan inovasi itu memang merupakan kegiatan yang mahal dan pengembalian biaya inovasi itu bisa lama sekali setelah ia berhasil dikomersialisasikan.

C.      Kualifikasi Yang Diperlukan Di Era Perdagangan Bebas
Beberapa Kualifikasi tersebut diantaranya:
1.      Kreatifitas yang tinggi
2.      Keberanian untuk masuk kemasalah tak dikenal.
3.      Meiliki pengetahuan dan keterampilan tingkat dunia
4.      Mempunyai etos kerja yang tinggi
5.      Menghargai waktu dan prestasi.
6.      Tidak terikat pada masa lalu.
7.      Berkemampuan manajerial bidangnya.
8.      Mampu memakai informasi dunia.
9.      Kuat memakau komputer.
10.  Mampu bekerjasama dalam tim.

D.      Apa Usaha Dunia Pendidikan Untuk Memenuhinya
Secara nasional, program pendidikan teknik industri akan memerlukan reformulasi yang cukup besar. Hal ini meliputi pendidikan teknik mesin, teknik elektro, teknik fisika, teknik kimia, teknik informatika, teknik industri dan teknik perkapalan modern. Ini bisa diperluas ke teknik teknologi tekstil, teknik teknologi grafika dan disain produk industri.
Lalu untuk dapat mempergunakan ingormasi melalui jaringan internet dan jaringan lainnya, maka di sarjana teknik industri akan harus pula menguasai bahasa asing dengna baik.

E.       Prospek, Tandangan dan Hambatan Berperannya Mereka Dalam Industri Era Perdagangan Bebas.
Perusahaan harus mengadakan percobaan budayanya. Sarjana teknik industri harus dimungkinkan untuk menjadi pakar tinggi di bidangnya dan dihargai tidak kalah dengan manajer puncak perusahaan. Hanya dengna cara dimikian maka Indonesia dapat mempunyai pakar teknik industri, dan dengan demikian mempunyai pakar yang akan melakukan penelitian dan pengembangan teknologi dengan baik.
Hal tersebut merupakan hambatan pertama. Hambatan kedua adalah bahwa manajeman perusahaan industri seringkali berwawasan jangka pendek, artinya mereka mempunyai kecenderungan “Quick Yielding Approach”. Mungkin hal ini disebabkan bahwa para pengusaha industri lebih bersifat pedagang daripada industrialis yang sebenarnya.
Hambatan ketiga adalah budaya sarjana teknik industri itu sendiri. Meskipun ia telah mengalami pendidikan tinggi, akan tetapi lingkungan keluarganya masih membawakannya sebagai anggota masyarakat agraris tradisional yang aristoktartik feodal, sehingga sifatnya kurang menunjang ke arah yang dipersyaratkan di atas.
Sarjana teknik industri indonesia harus berkualitas dan berkapasitas tingkat dunia. Karyanya harus setara dengan rekan sarjana teknik industri dari negara lain didunia. Termaksud dari negara industri yang telah lama maju. Jadi pendidikannya harus benar-benar ada pada taraf internasional.
Ringkasnya, hal yang perlu dibangun untuk sarjana teknik industri adalah:
1.      Manusia karyanya
2.      Prasarananya
3.      Teknologinya
4.      Pendanaannya
5.      Manajemen teknologinya
6.      Energi
7.      Bahan masukan
8.      Informasi masukan
Proses-proses yang kompetitif
1.      Proses produksi
2.      Proses pemasaran
3.      Produktivitas
4.      Kualitas
5.      Rendah biaya
6.      Keandalan
7.      Hemat energi dan bahan
8.      Tinggi ilmu pengetahuan dan teknologi

Etika dan Profesi dalam Bidang Teknik Industri



Definisi Profesi
Dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik. Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan ketrampilan dan keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya serta adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut.

Etika Profesi
Etika adalah: Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasaYunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atauadat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengankonsep yang dimilki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Etika akan memberikan semacam batasan maupun standar yang akan mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya yang secara khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini kemudian dirupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip prinsip moralyang ada. pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang  secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik. Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang  disebut dengan “self control”, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepenringan kelompok sosial (profesi) itu sendiri. Oleh karena itu dapatlah disimpulkan bahwa sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit professional tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya. Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat internasional di perlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi  saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain. Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agara mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang  tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang  berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya.

·       ETIKA DESKRIPTIF, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.
·       ETIKA NORMATIF, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang  bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.

Kode Etik Professi
Kode, yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupakata-kata, tulisan atau benda yang disepakati untuk maksud-maksud tertentu, misalnya untuk menjamin suatu berita, keputusan atau suatu kesepakatan suatu organisasi. Kode juga dapat berarti kumpulan peraturan yang sistematis.
Kode etik, yaitu norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku sehari- hari di masyarakat maupun di tempat kerja. Menurut UU NO. 8 (Pokok-pokok Kepegawaian) Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan  perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh tertua adalah: SUMPAH HIPOKRATES yang dipandang sebagai kode etik pertama untuk profesi dokter.
Hipokrates adalah doktren Yunani kuno yang digelari:  BAPAK ILMU KEDOKTERAN. Beliau hidup dalam abad ke- 5 SM. Menurut ahli-ahli sejarah belum tentu sumpah ini merupakan buah pena Hipokrates sendiri, tetapi setidaknya berasal dari kalangan murid-muridnya dan meneruskan semangat profesional yang diwariskan oleh dokter Yunani ini.

Faktor yang Mempengaruhi Pelanggaran Etika
·       Kebutuhan individu.
·       Korupsi alasan ekonomi.
·       Tidak ada pedoman.
·       Area “abu-abu”, sehingga tak ada panduan.
·       Perilaku dan kebiasaan individu.
·       Kebiasaan yang terakumulasi tak dikoreksi.
·       Lingkungan tidak etis.
·       Pengaruh dari komunitas.
·       Perilaku orang yang ditiru.
·       Efek primordialisme yang kebablasan.

Sangsi Pelanggaran Etika
·       Sanksi Sosial
Skala relative kecil, dipahami sebagai kesalahan yang dapat “dimaafkan”.
·       Sanksi Hukum
Skala besar, merugikan hak pihak lain. Hukum pidana menempati prioritas utama, diikuti oleh hukum Perdata.

Seorang pelaku profesi harus memiliki sifat – sifat berikut:
1.    Menguasai ilmu secara mendalam di bidangnya.
2.    Mampu mengkonversi ilmu menjadi keterampilan.
3.    Menjunjung tinggi etika dan integritas profesi
Profesional adalah orang yang menjalankan profesinya secara benar menurut nilai-nilai normal. Untuk menjadi orang yang professional, diperlukan : komitmen, tanggung jawab, kejujuran, sistematik berfikir, penguasaan materi, menjadi bagian masyarakat professional.

Peranan Etika Profesi dalam Bidang Teknik Industri
Banyak orang yang salah menginterpretasikan pengertian tentang teknik industri. Istilah “industri” dalam berbagai kasus sering dilihat dalam kaca-mata sempit sebagai “pabrik” yang banyak bergelut dengan aktivitas manufakturing. Meskipun secara historis perkembangan profesi teknik industri berangkat dari disiplin teknik mesin (produksi) dan terutama sekali sangat erat kaitannya dengan proses manufakturing produk dalam sebuah proses transformasi fisik; disiplin teknik industri telah berkembang luas dalam beberapa dekade terakhir ini. Sesuai dengan “nature”-nya, industri bisa diklasifikasikan secara luas yaitu mulai dari industri yang menghasilkan produk-barang fisik (manufaktur) sampai ke produk-jasa (service) yang non-fisik. Industri juga bisa kita bentangkan dalam pola aliran hulu-hilir sampai ke skala kecil-menengah-besar. Demikian juga problematika yang dihadapi oleh industri (yang kemudian menjadi fokus kajian disiplin teknik industri) bisa terfokus dalam ruang lingkup mikro (lantai produksi) dan terus melebar luas mengarah ke problematika manajemen produksi (perencanaan, pengorganisasian, pengoperasian dan pengendalian sistem produksi) yang harus memperhatikan sistem lingkungan (aspek politik-sosial-ekonomi-budaya maupun hankam) dalam setiap langkah pengambilan keputusan berdimensi strategik. 
`Disiplin Teknik Industri melihat setiap persoalan dengan metode pendekatan sistem dimana segala keputusan yang diambil juga selalu didasarkan pada aspek teknis (engineering area) dan aspek non-teknis. Wawasan “Tekno-Sosio-Ekonomi” akan mewarnai penyusunan kurikulum pendidikan teknik industri dan merupakan karakteristik yang khas yang menggambarkan ciri keunggulan serta membedakan disiplin ini dengan disiplin-disiplin keteknikan yang lainnya. Sebegitu luas ruang lingkup yang bisa yang bisa digapai oleh profesi teknik industri seringkali membuat kesulitan tersendiri didalam memberikan identitas yang jelas dan tegas mengenai apa yang sebenarnya bisa dikerjakan oleh profesi ini. Disiplin teknik industri pada hakekatnya bisa dikelompokkan kedalam tiga topik besar permasalahan yang dijumpai di industri yang selanjutnya bisa dipakai sebagai landasan utama pengembangan disiplin ini; yaitu pertama, berkaitan erat dengan permasalahan-permasalahan yang menyangkut dinamika aliran material yang terjadi di lantai produksi. Disini akan menekankan pada prinsip-prinsip yang terjadi pada saat proses transformasi (seringkali juga disebut sebagai proses nilai tambah) dan aliran material yang berlangsung dalam sistem produksi yang terus berkelanjutan sampai meningkat ke persoalan aliran distribusi dari produk akhir (output) menuju ke konsumen. Topik kedua berkaitan dengan dinamika aliran informasi. Persoalan pokok yang ditelaah dalam hal ini menyangkut aliran informasi yang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan manajemen khususnya dalam skala operasional. Hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan produksi agregat, pengendalian kualitas, dan berbagai macam problem manajemen produksi/operasional akan merupakan kajian pokoknya. Selanjutnya topik ketiga cenderung membawa disiplin teknik industri ini untuk bergerak kearah persoalan-persoalan yang bersifat makro-strategis. Persoalan yang dihadapi sudah tidak lagi bersangkut-paut dengan persoalan-persoalan yang timbul di lini aktivitas produksi ataupun manajemen produksi melainkan terus melebar ke persoalan sistem produksi/industri dan sistem lingkungan yang berpengaruh signifikan terhadap industri itu sendiri. Topik ketiga ini cenderung membawa disiplin teknik industri untuk menjauhi persoalan-persoalan teknis (deterministik-fisik-kuantitatif) yang umum dijumpai di lini produksi (topik pertama) dan lebih banyak bergelut dengan persoalan non-teknis (stokastik-abstraktif-kualitatif). Berhadapan dengan problematika yang kompleks, multi-variable dan/atau multi-dimensi; maka disiplin teknik industri akan memerlukan dasar kuat (dalam bidang keilmuan matematika, fisika, maupun sosial-ekonomi) untuk bisa memodelkan, mensimulasikan dan mengoptimasikan persoalan-persoalan yang harus dicarikan solusinya. 
Begitu luasnya ruang lingkup yang bisa dirambah untuk mengaplikasikan keilmuan teknik industri jelas akan membawa persoalan tersendiri bagi profesional teknik industri pada saat mereka harus menjelaskan secara tepat “what should we do and where should we work” ? Pertanyaan ini jelas tidak mudah untuk dijawab secara memuaskan oleh mereka yang masih awam dengan keilmuan teknik industri. Kenyataan yang sering dihadapi adalah bahwa seorang profesional teknik industri sering dijumpai berada dan “sukses” bekerja dimana-mana mulai dari lini operasional sampai ke lini manajerial. Seorang professional teknik industri seringkali membanggakan kompetensinya dalam berbagai hal mulai dari proses perancangan produk, perancangan tata-cara kerja sampai dengan mengembangkan konsep-konsep strategis untuk mengembangkan kinerja industri. Seorang professional teknik industri akan bisa menunjukkan cara bekerja yang lebih baik, lebih cerdik, lebih produktif, dan lebih berkualitas. Seorang profesional teknik industri bisa diharapkan sebagai “problem solver” untuk membuat sistem produksi bisa dioperasikan dan dikendalikan secara lebih efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien. Untuk itu eliminasi berbagai hal yang bersifat kontra-produktif seperti pemborosan waktu, uang, material, enersi dan komoditas lainnya merupakan fokus utama yang harus dikerjakan. 
Dengan mengacu pada ABET-Engineering Criteria 2000, maka seorang profesional Teknik Industri tidak saja harus menguasai kepakaran (hard-skill)Teknik Industri; tetapi juga harus memiliki wawasan, pemahaman, dan kemampuan/kompetensi lainnya (soft-skill) seperti (a) kemampuan untuk bekerja dalam kelompok (organisasi), (b) pemahaman tentang tanggung jawab sosial dan etika profesi, (c) kemampuan berkomunikasi baik lisan maupun tulisan, (d) kesadaran lingkungan (alam maupun sosial), (e) kepekaan tinggi terhadap berbagai persoalan yang dihadapi menyangkut berbagai macam isue kontemporer, aktual maupun situasional dan (f) kemampuan berorganisasi, manajemen dan leadership, dan sebagainya. Berdasarkan ABET Engineering Criteria 2000 tersebut, seorang profesional Teknik Industri tidak saja diharapkan akan memiliki kemampuan akademis dan kompetensi profesi keinsinyuran (engineering) yang baik saja, tetapi juga memiliki wawasan dan kepekaan terhadap segala permasalahan yang ada di industri maupun masyarakat. 
Guna mengantisipasi problematika industri yang semakin luas dan kompleks, maka disiplin teknik industri telah menunjukkan banyak perubahan maupun penyesuaian dengan arah perkembangan yang ada. Adanya kehendak untuk meningkatkan produktivitas, kualitas, dan disisi lain harus diikuti pula dengan keinginan untuk menekan biaya produksi (costs reduction program) serta waktu penyampaian barang (time delivery) secara tepat waktu merupakan langkah-langkah strategis yang harus dipikirkan oleh profesi teknik industri agar bisa meningkatkan daya saing perusahaan. Selain itu ruang lingkup pasar tidak lagi harus bersaing di tingkat lokal (nasional) melainkan mengarah ke tingkat persaingan pasar global. Perubahan tantangan yang dihadapi oleh dunia industri jelas sekali juga akan membawa perubahan pada fungsi dan peran yang harus bisa dimainkan oleh disiplin teknik industri. Kalau pada awalnya profesi teknik industri secara tradisional mengurusi persoalan-persoalan di tingkat pengendalian operasional (manajemen produksi) seperti perancangan-perancangan tata-letak mesin, tata-cara kerja, sistem manusia-mesin (ergonomi) dan penetapan standard-standard kerja; maka dalam beberapa dekade terakhir ini profesi teknik industri lebih banyak dilibatkan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan perencanaan strategis dan pengambilan keputusan pada tingkat manajemen puncak. Persoalan yang dihadapi oleh profesi teknik industri tidak lagi dibatasi dalam skala kecil (mikro) melainkan berkembang ke skala besar (makro). Sebagai contoh kalau awalnya studi pengukuran kerja lebih difokuskan ke skala stasiun kerja sekedar mendapatkan standard-standard (waktu, output ataupun upah) kerja untuk merealisasikan konsep “the fair day’s pay for the fair day’s work”; maka peran profesi teknik industri modern belakangan ini banyak diperlukan untuk melakukan pengukuran produktivitas dan kinerja makro organisasi-perusahaan guna menilai sehat tidaknya kondisi industri tersebut. 
Ditengah-tengah keterpurukan industri nasional (baik yang bergerak di sektor manufaktur maupun jasa) didalam menghadapi persaingan global; disiplin teknik industri sudah sepatutnya mengambil peluang ini dengan menunjukkan letak keunggulan disiplin teknik industri dibandingkan dengan disiplin keteknikan maupun keilmuan yang lain untuk memberi solusi-solusi yang lebih cerdas. Tantangan maupun ancaman yang menimpa industri nasional justru membuka peluang lebih besar bagi disiplin teknik industri untuk melakukan penelitian-penelitian baik berupa penelitian dasar (fundamental research), penelitian terapan (applied research), ataupun penelitian tindakan/pesanan (action research). Cukup banyak kasus yang bisa ditarik dari situasi dan kondisi yang terjadi di industri nasional yang memberi banyak peluang bagi kita untuk mengaplikasikan semua “IE’s tools” yang kita miliki guna memberikan analisa dan jawaban konkrit. Karakteristik disiplin teknik industri yang menekankan model pendekatan sistemik, holistik, serta komprehensif-integral akan sangat efektif untuk menyelesaikan persoalan-persoalan industri yang memiliki spektrum luas dari ranah mikro (teknis-operasional) sampai ke makro (sosial-ekonomis-lingkungan).

SUMBER :
  1. http://id.shvoong.com/internet-and-technologies/1901719-sekilas-tentang-teknikindustri
  2. http://rizal.blog.undip.ac.id/files/2009/07/dipakai_siskom_etika-profesi.pdf
  3. http://istmi.or.id