Selasa, 15 Januari 2013

Cerpen tentang manusia dan harapan

Sebuah Harapan
 “Assalamu’alaikum………”
Suara khas itu memecah pagi yang masih senyap di kantor kami.
“Waduh! lagi tanggung nih! Pagi amat sch dia datang!”, seruku dalam hati sambil membenahi pakaianku di kamar kecil. Rupanya karena terburu-buru resliting celana panjangku macet, tersangkut bahan celana.
“Assalamu’alaikum………”
Ulang suara itu.
Aku jadi panik.
“Oh God, please help me”, doaku dalam hati, dan “Semoga Allah SWT tidak marah padaku karena urusan resliting macet saja, aku harus minta pertolonganNya”, bisik hati kecilku sambil tetap menarik-narik retsliting celana yang nyangkut. Tetapi karena tergesa-gesa bukannya berhasil, retslitingku malah jebol, rusak.
“Alamak!”, seruku kaget.
Untung saja blouseku lumayan panjang sehingga bisa menutupi bagian depan celana panjangku yang rusak restlitingnya. Setelah yakin bahwa keadaan darurat itu bisa teratasi, aku keluar dari kamar kecil berjalan dengan agak tergesa menuju teras depan seraya berteriak, “Wa’alaikum salam….. sebentar ya Bu…..”, pintaku padanya. Aku lalu berbelok masuk ke ruang kerjaku yang letaknya di sebelah ruang tamu, dan bergegas mencari dompet dari tas tanganku. Sesegera itu pula aku berlari ke teras dan mengulurkan selembar uang bergambar Tuanku Imam Bonjol kepada perempuan tua itu.
“Alhamdulillah….., terima kasih ya Neng, semoga Allah memberi banyak rejeki dan kesehatan kepada Eneng dan keluarga, amin”, doa ibu itu.
“Amin”, jawabku singkat.
“Ibu baik-baik saja?” tanyaku kemudian.
“Iya Neng, baik. Trima kasih ya Neng”, lanjutnya.
Setelah itu, seperti kebiasaannya. Ibu itu lalu membalikkan badan dan perlahan berjalan terpicang-pincang menuju pintu pagar halaman.
Lama kupandangi punggung ibu (pantasnya sih di panggil nenek) bertubuh mungil itu hingga hilang di balik pagar. Langsung saja kisah yang diceritakannya beberapa waktu lalu memenuhi pikiranku.
***
Perempuan tua itu bernama Ruminah, (menurutnya) berumur 68 tahun. Bertubuh mungil, dengan tinggi badan sekitar 140 cm. Setiap hari Jumat sejak kami menempati kantor ini lima tahun lalu, di waktu yang hampir sama, ibu Ruminah selalu ‘singgah’ ke kantor kami. Pakaian yang dikenakannya selalu sama. Kain sarung batik yang telah pudar warnanya dan baju kebaya bahan brokat yang telah usang pula. Tak lupa sebuah ciput (topi yang biasa digunakan sebagai dalaman jilbab) juga dikenakannya.
Ketika menyapa kami di setiap hari Jumat pagi, nada suara ibu Ruminah sangat khas. “Assalamu’alaikum…….,” teriaknya nyaring dengan suaranya yang agak serak. Karena letak ruang kerjaku paling dekat dengan ruang tamu, biasanya akulah yang terlebih dahulu menjawab salamnya itu. Waktu kedatangannya biasa bertepatan dengan kesibukan pagi kami di depan internet. Karena tak ingin kehilangan banyak waktu ketika mengakses internet, biasanya beberapa di antara kami memberi sekedar uang, sekadar berbasa-basi, lalu bergegas meninggalkannya.
Biasanya ibu Ruminah belum akan beranjak pergi bila dua orang ‘donatur’ tetapnya belum hadir semua. Bila yang muncul hanya salah seorang, ibu Ruminah tak segan-segan bertanya, kemana si eneng? atau kemana bapak yang satunya?
Setelah diberi beberapa lembar uang oleh kami, biasanya ibu Ruminah melantunkan doa yang selalu sama. Kemudian ibu Ruminah berbalik dan berjalan menuju pintu pagar kantor dan berlalu.
Rutinitas seperti itu, kami jalani selama hampir empat tahun lamanya. Hingga suatu hari, aku tak tahan untuk tidak berkomunikasi lebih jauh dengan perempuan renta yang berjalan terpincang-pincang itu.
“Tinggal dimana Bu?”tanyaku waktu itu.
“Di Cakung Neng”, jawabnya.
“Jauh dari sini ya, Bu”, sahutku.
“Ya”, jawabnya ringkas seraya duduk di lantai teras kantor kami. Dia lalu mengusap-usap kakinya yang kurus.
“Jangan duduk di bawah Bu,” pintaku.
Ibu Ruminah lalu pindah, dan kami bersama duduk di kursi rotan yang ada di teras.
“Kenapa kakinya Bu?” tanyaku lagi.
“Rematik Neng, sudah lama. Kadang-kadang sampai nggak bisa jalan”, jawabnya.
“Naik apa Ibu ke Pancoran sini?”tanyaku lagi.
“Naik bis”,jawabnya singkat.
Aku mulai gemas dengan jawabannya yang ringkas-ringkas.
“Di Cakung, Ibu tinggal dengan siapa?” tanyaku.
“Dengan orang Neng. Dia baek sekali ngajakin Ibu tinggal bersamanya. Rumahnya sih sederhana dan kecil Neng. Dindingnya aja kayak rumah-rumah di kampung”, terangnya panjang lebar.
Aku terpana, setengah tak percaya.
“Masih saudara ya Bu? Kerja dimana orang yang nolong Ibu itu?” tanyaku beruntun.
“Bukan Neng, bukan saudara. Kerjanya jualan sayur di pasar Cakung”, sahutnya.
Hatiku tercubit. Entahlah, rasanya ada rasa malu menyelinap. Malu kepada Ibu Ruminah juga kepada pedagang sayur di pasar Cakung itu.
“Tapi ya itu Neng”, lanjut ibu Ruminah, ”Ibu memang boleh tinggal di sana tapi untuk makan ibu harus nyari sendiri. Makanya kalo hari Jumat ibu keliling biar dapat duit. Duit itu ibu pake untuk beli makan seminggu. Tapi kalau rematik ibu lagi kumat dan nggak bisa jalan, ya terpaksa nggak bisa keliling nyari duit. Kalo sudah begitu untuk makan ya ibu ngutang. Ntar ibu bayar kalo sudah dapat duit.”
“Ibu punya anak?” tanyaku lagi.
“Punya Neng, cuma satu, perempuan. Tujuh tahun yang lalu dikawin ama orang Aceh trus di bawa ke sana”, terangnya.
“Emang, anak Ibu nggak pernah nengokin Ibu?” tanyaku lagi.
“Nggak Neng, nggak pernah. Jangan kan nengok, ngirim kabar aja enggak pernah. Waktu itu ibu masih di kampung, di Indramayu. Karena lama nggak ada kabar dari anak, ibu trus ke Jakarta. Pikiran Ibu waktu itu, kalo sudah sampai Jakarta ke Acehnya kan sudah dekat”, katanya lirih.
“Subhanallah, betapa lugunya Ibu ini”, batinku. “Apakah ibu Ruminah tidak tahu bahwa untuk pergi dengan bus ke tempat di ujung utara pulau Sumatera itu paling tidak membutuhkan waktu dua hari satu malam?”, dalam hati aku bertanya.
“Sampai sekarang Ibu tidak tau kabar anak ibu dan suaminya. Ibu juga tidak tau apakah ibu sudah mempunyai cucu dari mereka atau belum”, lanjutnya dengan sedih.
“Tapi Neng!”, katanya tiba-tiba. ”Kata orang-orang, di Aceh baru ada tsunami ya? Apa sih tsunami itu Neng?”
“Tuhanku, kuatkan hatiku”, doaku dalam hati. Lalu dengan keterbatasanku, aku mencoba menjelaskan kepadanya mengenai apa itu tsunami.
Tiba-tiba, air matanya luruh perlahan membasahi pipinya yang keriput.
“Ya Rabbi….., kuatkan hatinya”doaku dalam hati.
“Neng,” katanya kemudian. “Jangan-jangan anak ibu dan suaminya sudah mati kena tsunami ya?”
Aku tak kuasa menjawab.
“Barangkali anak ibu dan suaminya tidak tinggal di daerah yang kena tsunami”, aku mencoba memberinya harapan yang aku tahu pasti sia-sia.
“Apa ibu tau di Aceh sebelah mana anak dan menantu ibu tinggal?”tanyaku.
“Nggak Neng?” jawab ibu Ruminah seraya menyusut air mata dengan ujung kebayanya.
Kami bersama larut dalam pikiran masing-masing, hingga tak terasa kami terdiam cukup lama.
“Neng”, akhirnya ibu itu berkata. “Jika benar anak, menantu dan mungkin cucu ibu telah mati karena tsunami, mungkin sudah jalan hidup mereka. Ibu percaya, Allah SWT yang maha pengasih telah mengatur semuanya. Termasuk suratan bahwa ibu harus bertemu dan tinggal dengan ‘anak’ ibu yang lain”.
“Gusti Allah”, rintihku dalam hati, ”Mengapa aku harus menunggu selama ini untuk mengetahui kisah ibu Ruminah. Betapa tumpulnya perasaanku. Padahal Engkau telah memperingatkanku dengan kedatangannya setiap hari Jumat. Rupanya peringatanMu belum cukup membuka mata hatiku untuk sekadar berempati meski hanya dengan menyapanya. Maafkan aku ya Allah, maafkan aku ibu Ruminah…..”.

Perbandingan Ideologi Komunis, Liberal dan Pancasila


Ideologi Komunis
Komunisme adalah salah satu ideologi di dunia, selain kapitalisme dan ideologi lainnya. Komunisme lahir sebagai reaksi terhadap kapitalisme di abad ke-19, yang mana mereka itu mementingkan individu pemilik dan mengesampingkan buruh.
negara komunis adalah nehara yang menggunakan idiologi bahwa setiap warga negaranya mempunyai darajat yang sama satu sama lain. Istilah komunisme sering dicampuradukkan dengan Marxisme. Komunisme adalah ideologi yang digunakan partai komunis di seluruh dunia. Racikan ideologi ini berasal dari pemikiran Lenin sehingga dapat pula disebut "Marxisme-Leninisme".
Dalam komunisme perubahan Josias harus dimulai dari peran Partai Komunis. Logika secara ringkasnya, perubahan sosial dimulai dari buruh, namun pengorganisasian Buruh hanya dapat berhasil jika bernaung di bawah dominasi partai. Partai membutuhkan peran Politbiro sebagai think-tank. Dapat diringkas perubahan sosial hanya bisa berhasil jika dicetuskan oleh Politbiro. Inilah yang menyebabkan komunisme menjadi "tumpul" dan tidak lagi diminati.


Komunisme sebagai ideologi

Komunisme sebagai ideologi mulai diterapkan saat meletusnya Revolusi Bolshevik di Rusia tanggal 7 November 1917. Sejak saat itu komunisme diterapkan sebagai sebuah ideologi dan disebarluaskan ke negara lain. Pada 2005 negara yang menganut faham komunis adalah Tiongkok, Vietnam, Kuba, Korea Utara, dan Laos. Pencetus terjadinya komunisme swbagai ideologi adalah Vladimir Lenin di rusia lewat Partainya yang bernama Partai Comunist InternasionaL
Partai Komunis Uni Soviet 
bahasa Rusia: Коммунистическая Партия Советского Союза, Kommunisticheskaya Partiya Sovetskogo Soyuza; disingkat КПСС, KPSS) adalah partai politik yang pernah berkuasa di Uni Soviet. Partai ini muncul pada tahun 1912 yang diawali dengan berpisahnya faksi Bolshevik dari Partai Buruh Sosial Demokrat Rusia menjadi partai sendiri dan memimpin Revolusi Oktober yang menuntun berdirinya negara sosialis di bekas Kekaisaran Rusia. PKUS dibubarkan pada tanggal 29 Agustus 1991, beberapa bulan sebelum bubarnya Uni Soviet.
Dalam sejarah Uni Soviet, Partai Komunis hampir tak dapat dibedakan dengan pemerintah karena partai ini merupakan satu-satunya partai politik yang diizinkan oleh pemerintah

Ideologi Liberal

Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama atau kalau kata guru PKn saya (Pak Mustakim) ideologi Liberalisme adalah sebuah ideologi yang mengutamakan kepentingan individu dan mengenyampingkan kepentingan negara. Ideologi ini sangat berbeda dengan ideologi komunis karena pengertiannya saja sudah beda. Berdasarkan kata guru PKn (Pak Mustakim), pengertian dari ideologi komunisme adalah sebuah ideologi yang mengutamakan kepentingan negara dan mengenyampingkan kepentingan individu. Sangat berbeda sekali dengan ideologi Liberalisme.
Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama. Liberalisme menghendaki adanya, pertukaran gagasan yang bebas, ekonomi pasar yang mendukung usaha pribadi (private enterprise) yang relatif bebas, dan suatu sistem pemerintahan yang transparan, dan menolak adanya pembatasan terhadap pemilikan individu. Oleh karena itu paham liberalisme lebih lanjut menjadi dasar bagi tumbuhnya .
Dalam masyarakat modern, liberalisme akan dapat tumbuh dalam sistem demokrasi, hal ini dikarenakan keduanya sama-sama mendasarkan kebebasan mayoritas. Bandingkan OxfordManifesto dari Liberal Internasional: "Hak-hak dan kondisi ini hanya dapat diperoleh melalui demokrasi yang sejati. Demokrasi sejati tidak terpisahkan dari kebebasan politik dan didasarkan pada persetujuan yang dilakukan dengan sadar, bebas, dan yang diketahui benar (enlightened) dari kelompok mayoritas, yang diungkapkan melalui surat suara yang bebas dan rahasia, dengan menghargai kebebasan dan pandangan-pandangan kaum minoritas.
Pandangan-pandangan liberalisme dengan paham agama seringkali berbenturan karena liberalisme menghendaki penisbian dari semua tata nilai, bahkan dari agama sekalipun. meski dalam prakteknya berbeda-beda di setiap negara, tetapi secara umum liberalisme menganggap agama adalah pengekangan terhadap potensi akal manusia.

Contoh negara liberal adalah seperti Amerika Serikat, Inggris, Spanyol, Italia, dan Prancis.

Liberalisme di Amerika Serikat

Faktanya bahwa Negara maju seperti Amerika Serikat tak dipungkiri menjadi poros dan figure Negara demokrasi yang besar dan mendulang kesuksesan dalam penerapan demokrasi diengaranya. Dimana unsur-unsur Liberalisme sangat lekat dan bisa jelas dirasakan, karena berbeda dengan Negara otoriter yang mana kepentingan masyarakat luas adlah yang terpenting, sedangkan bagi Liberalis, kepentingan individu lah yang harus didahulukan, Itulah kenapa kita sering dengar istilah ‘apapun bisa kamu lakukan di Negara Amerika sana…’, itu merupakan pernyataan yang sebenarnya menggambarkan kebebasan individu yang dijunjung tinggi di negara demokrasi sebesar Amrika Serikat. Paham liberal di Amerika Serikat disebut liberalisme modern. Dewasa ini, para politis di AS mengakui, bahwa paham liberalisme klasik sebenarnya terdapat kaitan yang cukup erat dengan kebebasan individu yang notabene bersifat luas. Dan sebenarnya sistem ekonomi liberal klasik merupakan suatu filosofi ekonomi dan juga politis. Namun mereka karena ada kasus saat kegagalan pasar yang membuat Amerika sempat goyah karena krisis maka mereka menolak ekonomi yang bersifat laissez faire atau liberalisme klasik yang kemudian mendekati pada pemerintahan interventionism yang merupakan penyatuan persamaan sosial dan ekonomi. Dan pada umumnya, hal itu disepakati pada dekade pertama abad ke-20 yang bertujuan adanya pencapaian menuju keberhasilan suatu hegemoni para politisi dalam negeri. Tapi, kesuksesan tersebut mulai menurun dan menghilang pada sekitar tahun 1970-an. Dan pada saat itu, konsensus liberal sudah harus dihadapkan pada suatu death-blow atau bisa dikatakan berupa fenomena robohnya pemerintahan Bretton Woods, yaitu sampai pada sistem yang dikarenakan kemenangan Ronald Reagan dalam pemilihan presiden tahun 1980, yang menjadikan liberalisme meruapakan suatu arus kuat dalam politik AS pada tahun tersebut.
Unsur negara demokrasi adalah salah satu paham yang berasal dari ideologi liberalisme, dimana kebebasan pers di Amerika bisa kita lihat sendiri yang sangat signifikan dalam kegiatan perpolitikan, begitu juga dengan keterlibatan rakyat dalam menyuarakan pendapat. Karena pada dasarnya kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud dari kedaulatan rakyat dan menjadi unsur yang begitu vital dalam menciptakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang diaplikasikan secara demokratis. Dan sejatinya pers juga dipercaya sebagai suatu wadah yang mempunyai peran untuk senantiasa menjaga ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan. Namun jangan salah, justru dengan kebebasan pers yang terlalu kuat pengaruhnya terhadap suatu rezim, akan sangat berbahaya untuk sistem pemerintahan. Walaupun tak dipungkiri pers dapat mengontrol jalannya pemerintah sebagai watchdog, dan kasus yang terjadi di Amerika Serikat sendiri adalah bahwa . Dan tentunya sebagai media, pers juga sangat berbahaya dan juga berpotensi mengancam ketentraman masyarakat, jika tidak dibatasi dengan hukum dan prinsip-prinsip agama dan moral. Oleh karena itu, sangat perlu ada usaha yang bisa dilakukan untuk mengoptimalkan supremasi hukum terhadap kejahatan pers, terlebih jika memang bertentangan dengan norma kesusilaan, baik yang secara kultur maupun yang berlaku dalam kehidupan beragama.

Dan lebih jelasnya, liberalisme yang dianut Amerika Serikat seperti yang dikatakan oleh Wilson dan Roosevelt, adalah suatu penekanan terhadap kerja sama serta kolaborasi timbal balik dan usaha individu, justru bukan dengan membuat ancaman dan pemaksaan yang ditujukan pada pemecahan permasalahan politis baik didalam maupun luar, sepertinya dianut oleh Presiden AS saat itu, George W Bush. Suatu paham liberal di AS bisa dikatakan seperti institusi dan prosedur politis yang mendorong kebebasan ekonomi, perlindungan yang lemah dari agresi oleh yang kuat, dan kebebasan dari norma-norma sosial bersifat membatasi. Karena sejak Perang Dunia II, liberalisme di AS telah dihubungkan dengan liberalisme modern, pengganti paham ideologi liberalisme klasik dimana kepemilikan individu sangat bebas. Sehingga pada saat itu banyak berdiri perusahaan-perusahaan swasta akibat dari sistem ekonomi liberalisme ini. Sebenarnya saat ini Amerika Serikat tidak semata-mata hanya menganut sistem ekonomi liberalisme atau kapitalisme. Pemerintah Amerika Serikat dewasa ini juga sudah mulai ikut mengatur perekonomian di negaranya karena bagaimanapun peran pemerintah dalam kegiatan perekonomian sangatlah signifikan. Maka dari itu, sekarang sudah terhitung banyak perusahaan-perusahaan yang tadinya milik individu kemudian mulai diambil alih oleh negaranya contohnya Pemerintah Amerika Serikat yang akhirnya mengambil alih dua perusahaan dalam bidang pembiayaan perumahan Fannie Mae dan Freddie Mac guna mencegah adanya krisis finansial yang mungkin dapat berlanjut. Dan juga beberapa sumber-sumber produksi yang notabene berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat luas juga sudah mulai di ambil haknya oleh Negara. Ini membuktikan bahwa Amerika Serikat sudah mengarahkan sistem ekonominya mendekati atau mengadopsi niali-nilai sistem ekonomi sosialisme. Ini disebabakan pemerintahan Amerika Serikat mulai ketakutan dan khawatir terhadap keadaan perekonomiannya yang kita tahu sedang kacau. Dimana tak sedikit perusahaan-perusahaan besar yang bangkrut, kemudian banyak pula kredit macet yang menghantui ekonomi Amerika Serikat yang akhirnya hanya akan berimbas pada krisis global. Maka berdasarkan apa yang tadi kita diskusikan di atas, Amerika Serikat untuk saat ini menganut sistem ekonomi campuran antara kapitalisme dan sosialisme. Dan memang pada dasarnya tak ada sistem yang sempurna, semua sistem sejatinya bekerja saling melengkapi satu sama lain.
Inilah yang kemudian membuat beberapa Negara terbuka hatinya untuk tidak selalu fokus pada suatu sistem yang dianut oleh Negara maju hanya karena keberhasilan yang berhasil didulang. Sejatinya setiap sistem pasti pernah didesain untuk sebuah keadaan tertentu, dan mungkin memang keadaan Amerika Serikat sampai sekarang cocok dengan sistem demokrasi. Namun faktanya seperti yang dikuak diatas bahwa Amerika Serikat pun yang notabene Negara demokrasi besar juga memasukkan unsur-unsur sosialis yang dominan dinegara komunis. Ini membuktikan bahwa setiap Negara pada dasarnya mencari sistem yang paling cocok dan pas dengan keadaan yang sekarang. Dan memang setiap sistem pada dasarnya juga saling melengkapi, tinggal bagaimana memilah-milah nilai-nilai yang terkandung pada sebuah sistem atau ideologi dan menyempurnakannya dengan unsure-unsur ideologi lain yang bisa dijalankan dengan selaras.

Ideologi Pancasila
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskertapañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.
Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila yang berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun 1945, tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila
Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik Indonesia. Pancasila juga merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara Republik Indonesia. Maka manusia Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama dalam kehidupan kemasyarakatan dan kehidupan kengaraan. Oleh karena itu pengalamannya harus dimulai dari setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara negara yang secara meluas akan berkembang menjadi pengalaman Pancasila oleh setiap lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik dipusat maupun di daerah.
Berdasarkan uraian di atas kiranya kita dapat menyadari bahwa Pancasila merupakan falsafah negara kita republik Indonesia, maka kita harus menjungjung tinggi dan mengamalkan sila-sila dari Pancasila tersebut dengan setulus hati dan penuh rasa tanggung jawab.
Ideologo pancasila di Indonesia memiliki 5 sila, dan maknanya masing-masing. Yakni:
A. SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA
1.                 Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2.                 Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
3.                 Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
4.                 Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
5.                 Menolak kepercayaan atheisme di Indonesia.
B. SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
1.                 Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia.
2.                 Saling mencintai sesama manusia.
3.                 Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4.                 Tidak semena-mena terhadap orang lain.
5.                 Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6.                 Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7.                 Berani membela kebenaran dan keadilan.
8.                 Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
C. SILA PERSATUAN INDONESIA
1.                 Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
2.                 Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
3.                 Cinta Tanah Air dan Bangsa.
4.                 Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia.
5.                 Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
D. SILA KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN / PERWAKILAN
1.                 Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
2.                 Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
3.                 Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4.                 Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan.
5.                 Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil musyawarah.
6.                 Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
7.                 Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
E. SILA KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA
1.                 Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong-royong.
2.                 Bersikap adil.
3.                 Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4.                 Menghormati hak-hak orang lain.
5.                 Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
6.                 Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
7.                 Tidak bersifat boros.
8.                 Tidak bergaya hidup mewah.
9.                 Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
10.             Suka bekerja keras.
11.             Menghargai hasil karya orang lain.
12.             Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Ketetapan ini kemudian dicabut dengan Tap MPR no. I/MPR/2003 dengan 45 butir Pancasila. Tidak pernah dipublikasikan kajian mengenai apakah butir-butir ini benar-benar diamalkan dalam keseharian warga Indonesi

MANUSIA DAN HARAPAN


1.                Nilai – Nilai Budaya Sebagai Tolak Ukur Harapan
Dalam hasil budaya yang berupa sastra, dapat dihayati adanya kandungan nilai budaya yang dibawa penulisnya sebagai gagasan utama. Dalam sastra jawa misalnya antara lain terdapat nilai budaya meliputi:
a. nilai kejuangan dan semangat pengorbanan,
yaitu nilai perjuangan sebagai tolak ukur dan diharapkan dimiliki masyarakat, seperti kesetiaan, kesungguhan, kedisiplinan,dll
b. nilai kerumahtanggaan
yaitu nilai yang diharapkan berkembang dalam etiap keluarga.
c. Nilai kemandirian kaum wanita
Yaitu, Nilai yang diharapkan dapat dimiliki setiap wanita.
2.                Makna Harapan
Bukan dengan keserakahan, kita hidup. Dan bukan karena sebuah khayalan, kita bertahan. Kita hidup karena harapan. Harapan yang membuat kita terus bernapas, tetap bergerak, dan tinggi bermimpi. Tanpa harapan, manusia akan hampa dan tidak akan memiliki jiwa yang menembus batas keterbatasan.
Harapan seperti api lilin kehidupan ditengah gelapnya malam. Ia menjadi imaji, pemantik terang, dan penenang sukma. Dengan harapan, semua manusia menambah keberaniannya. Dan dengan harapan pula, manusia percaya pada cita-cita. Harapan mengubah ketidakpastian menjadi peluang. Harapan juga yang menggeser paradigma sebuah ketidakmungkinan.
Bicara akan harapan, kita berbicara tentang “kita”, bukan “aku”, “kamu” atau “dia”. Harapan terpupuk karena orang disekitar kita. Harapan pupus adalah bersumber dari diri sendiri, namun harapan subur adalah bersumber dari kita dan juga kumpulan semangat doa dari orang sekitar kita.
Tentang harapan, mari kita belajar pada bijak bestari di sekeliling kita. Lihatlah semangat mereka saat terjatuh, perhatikan senyuman mereka saat mendapatkan beban masalah, dan rasakan spirit yang mereka curahkan saat memetik hikmah sebuah kecutnya kehidupan.
Harapan selalu dekat dengan sabar dan juga syukur. Ketika harapan sampai pada kenyataan, maka dia dekat dengan syukur. Dan ketika harapan berakhir sebelum sampai tujuan, maka dia dekat dengan sabar. Sungguh indah bukan kawan, tentang cerita orang yang memiliki pengharapan?
3.                Makna Kepercayaan
   Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran.
Adapun ucapan yang sering kita dengar :
1.       Ia tidak percaya pada diri sendiri
2.       Saya tidak percaya ia berbuat seperti itu atau berita itu kurang dapat dipercaya akan kebenarannya.
3.       Kita harus percaya akan nasihat-nasihat Kiai itu, karena nasihat-nasihat itu diambil dari ajaran AL-Quran dan sebagainya.

Dengan contoh berbagai kalimat yang sering kita dengar dalam ucapan sehari-hari itu, maka jelaslah kepada kita bahwa dasar kepercayaan itu adalah kebenaran. Ada jenis pengetahuan yang dimiliki seseorang, bukan karena merupakan hasil penyelidikan sendiri, melainkan diterima dari orang lain. Kebenaran pengetahuan yang didasarkan atas orang lain itu dapat dipercaya. Yang diselidiki bukan lagi masalahnya, melainkan orang lain yang memberitahukan itu dapat dipercaya atau tidak. Pengetahuan yang diterima dari orang lain atas kewibawaannya itu disebut kepercayaan. Makin besar kewibawaan yang memberi tahu mengenai pengetahuan itu makin besar kepercayaan.

Dalam hal beragama tiap-tiap orang wajib menerima dan menghormati kepercayaan orang yang beragama itu. Dasarnya ialah keyakinan masing-masing. Misalnya Adi beragama islam, maka yakinlah Adi bahwa agama itu benar. Kalau Adi tidak yakin bahwa agama itu benar, maka itu bukan agama bagi Adi. Sebaliknya, kalau orang lain beragama lain, harus dianggap bahwa ia yakin terhadap kebenaran agaa itu. Keyakinan itulah yang perlu dihormati.