Kelas sosial atau golongan sosial merujuk
kepada perbedaan hierarkis (atau stratifikasi) antara insan atau kelompok
manusia dalam masyarakat atau budaya. Biasanya kebanyakan masyarakat memiliki
golongan sosial, namun tidak semua masyarakat memiliki jenis-jenis
kategori golongan sosial yang sama. Berdasarkan karakteristik stratifikasi
sosial, dapat kita temukan beberapa pembagian kelas atau golongan dalam
masyarakat. Beberapa masyarakat tradisional pemburu-pengumpul, tidak memiliki
golongan sosial dan seringkali tidak memiliki pemimpin tetap pula. Oleh karena
itu masyarakt seperti ini menghindari stratifikasi sosial. Dalam masyarakat seperti ini, semua
orang biasanya mengerjakan aktivitas yang sama dan tidak ada pembagian pekerjaan.
Di dalam kehidupan masyarakat, pada hakekatnya
tak lebih dari pertentangan kelas sosial, yakni pertentangan antar
masyarakat kelas dominan (borjuis) dan masyarakat kelas subordinat.
Pertentangan kelas sendiri dapat dimanifeskan sebagi suatu usaha yang ditempuh
oleh kaum proletar dalam usahanya guna menciptakan kesejahteraan bagi
masyarakat tanpa tebang pilih dan menghapuskan kelas-kelas social dalam
masyarkat.
Pertentangan kelas ini terjadi bukan tanpa sebab, jika kita merujuk pada perkembangan sejarah manusia bahwasanya pertentangan kelas ini telah di mulai sejak era masyarakat primitive,kuno,feodal sampai dengan masyarakat post-modernisme.
Pertentangan kelas ini terjadi bukan tanpa sebab, jika kita merujuk pada perkembangan sejarah manusia bahwasanya pertentangan kelas ini telah di mulai sejak era masyarakat primitive,kuno,feodal sampai dengan masyarakat post-modernisme.
Sumberdaya alam yang jumlahnya tebatas dan berubahnya
pola konsumsi masyarakat menjadi salah satu pendorong untama munculnya
kelas-kelas social. Jika dahulu masyarakat hanya mengkonsumsi barang sesuai
dengan apa yang ia butuhkan namun berbeda dengan yang terjadi sekarang ini, di
era moderinisasi, masyarakat mengkonsumsi barang bukan hanya melihat dari segi
nilai guna barang tersebut, namun lebih kepada prestise yang terdapat pada
barang tersebut. Berbicara ke-2 kelas diatas yakni kelas dominan dan
subordinat, kita akan membahasnya secara lebih terperinci :
Kelas dominan atau sering disebut masyarakat borjouis
dapat juga disebut kelas masyarakat yang memiliki berbagai factor- factor
produksi ( Tanah, SDA, Modal, alat produksi, dsb ), masyarakat kelas dominan
ini biasanya berjumlah lebih sedikit dibanding dengan kelas masyarakat
subordinat.
2.
Kelas
Subordinat
Kelas Subordinat atau masyarakat proletar (kelas
pekerja) yakni kelas masyarakat yang tidak memiliki factor-faktor produksi,
masyarakat kelas ini hanya melakukan kegiatan-kegiatan yang orientasinya
memberikan nilai lebih kepada para pemegang factor-faktor produksi, Kelas
masyarakat ini jumlahnya lebih banyak jika dibanding dengan masyarakat
borjouis.
Pasca meletusnya peristiwa revolusi industri di
Prancis pada abad ke-19, pertentangan kelas ini semakin begitu terasa dalam
kehidupan social masyarakat. Revolusi industry yang dimulai di Prancis kian
hari kian menjangkit ke seluruh Negara dibelahan dunia. Abad tersebut merupakan
babak baru pertentangan kelas dalam masyarakat yang tak dapat terelakan lagi,
hal ini berimbas pada kian mantapnya pertentangan kelas social dalam kehidupan
masyarakat. Jika kita mengacu pada hakekat manusia maka tidak menjadi sebuah
pembenaran jika di dalam masyarakat terdapat sekat-sekat yang mengkoptasikan
masyarakat menjadi kelas-kelas social, karena pada dasarnya semua manusia
mempunyai kedudukan dan hak yang sama, yang menjadi pembeda hanya peran yang
mereka lakoni dalam dunia yang paradoksal ini. Dan pada puncakanya pertentangan
kelas dominan dan subordinat dari masa ke masa tak akan pernah usai, jika kita
sebagai subyek dari kelas tersebut tak pernah sadar dimana kita akan
memposisikan diri dalam ke-2 jenis kelas tersebut, sehingga untuk mencapai
masyarakat tanpa kelas masih akan menjadi sebuah keniscayaan.