1.
Nilai
– Nilai Budaya Sebagai Tolak Ukur Harapan
Dalam hasil
budaya yang berupa sastra, dapat dihayati adanya kandungan nilai budaya yang
dibawa penulisnya sebagai gagasan utama. Dalam sastra jawa misalnya antara lain
terdapat nilai budaya meliputi:
a. nilai
kejuangan dan semangat pengorbanan,
yaitu nilai
perjuangan sebagai tolak ukur dan diharapkan dimiliki masyarakat, seperti
kesetiaan, kesungguhan, kedisiplinan,dll
b. nilai
kerumahtanggaan
yaitu nilai
yang diharapkan berkembang dalam etiap keluarga.
c. Nilai
kemandirian kaum wanita
Yaitu, Nilai
yang diharapkan dapat dimiliki setiap wanita.
2.
Makna
Harapan
Bukan dengan keserakahan,
kita hidup. Dan bukan karena sebuah khayalan, kita bertahan. Kita hidup karena
harapan. Harapan yang membuat kita terus bernapas, tetap bergerak, dan tinggi
bermimpi. Tanpa harapan, manusia akan hampa dan tidak akan memiliki jiwa yang
menembus batas keterbatasan.
Harapan seperti api lilin
kehidupan ditengah gelapnya malam. Ia menjadi imaji, pemantik terang, dan
penenang sukma. Dengan harapan, semua manusia menambah keberaniannya. Dan
dengan harapan pula, manusia percaya pada cita-cita. Harapan mengubah
ketidakpastian menjadi peluang. Harapan juga yang menggeser paradigma sebuah
ketidakmungkinan.
Bicara akan harapan,
kita berbicara tentang “kita”, bukan “aku”, “kamu” atau “dia”. Harapan terpupuk
karena orang disekitar kita. Harapan pupus adalah bersumber dari diri sendiri,
namun harapan subur adalah bersumber dari kita dan juga kumpulan semangat doa
dari orang sekitar kita.
Tentang harapan, mari kita
belajar pada bijak bestari di sekeliling kita. Lihatlah semangat mereka saat
terjatuh, perhatikan senyuman mereka saat mendapatkan beban masalah, dan
rasakan spirit yang mereka curahkan saat memetik hikmah sebuah kecutnya
kehidupan.
Harapan selalu dekat dengan
sabar dan juga syukur. Ketika harapan sampai pada kenyataan, maka dia
dekat dengan syukur. Dan ketika harapan berakhir sebelum sampai tujuan, maka
dia dekat dengan sabar. Sungguh indah bukan kawan, tentang cerita orang yang
memiliki pengharapan?
3.
Makna Kepercayaan
Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui
atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan
dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran.
Adapun ucapan yang sering kita dengar :
1.
Ia tidak percaya pada diri sendiri
2.
Saya tidak percaya ia berbuat seperti itu atau berita
itu kurang dapat dipercaya akan kebenarannya.
3.
Kita harus percaya akan nasihat-nasihat Kiai itu,
karena nasihat-nasihat itu diambil dari ajaran AL-Quran dan sebagainya.
Dengan contoh berbagai kalimat yang sering kita dengar dalam ucapan
sehari-hari itu, maka jelaslah kepada kita bahwa dasar kepercayaan itu adalah
kebenaran. Ada jenis pengetahuan yang dimiliki seseorang, bukan karena
merupakan hasil penyelidikan sendiri, melainkan diterima dari orang lain.
Kebenaran pengetahuan yang didasarkan atas orang lain itu dapat dipercaya. Yang
diselidiki bukan lagi masalahnya, melainkan orang lain yang memberitahukan itu
dapat dipercaya atau tidak. Pengetahuan yang diterima dari orang lain atas
kewibawaannya itu disebut kepercayaan. Makin besar kewibawaan yang memberi tahu
mengenai pengetahuan itu makin besar kepercayaan.
Dalam hal beragama tiap-tiap orang wajib menerima dan menghormati
kepercayaan orang yang beragama itu. Dasarnya ialah keyakinan masing-masing.
Misalnya Adi beragama islam, maka yakinlah Adi bahwa agama itu benar. Kalau Adi
tidak yakin bahwa agama itu benar, maka itu bukan agama bagi Adi. Sebaliknya,
kalau orang lain beragama lain, harus dianggap bahwa ia yakin terhadap
kebenaran agaa itu. Keyakinan itulah yang perlu dihormati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar