Selasa, 15 Januari 2013

MANUSIA DAN HARAPAN


1.                Nilai – Nilai Budaya Sebagai Tolak Ukur Harapan
Dalam hasil budaya yang berupa sastra, dapat dihayati adanya kandungan nilai budaya yang dibawa penulisnya sebagai gagasan utama. Dalam sastra jawa misalnya antara lain terdapat nilai budaya meliputi:
a. nilai kejuangan dan semangat pengorbanan,
yaitu nilai perjuangan sebagai tolak ukur dan diharapkan dimiliki masyarakat, seperti kesetiaan, kesungguhan, kedisiplinan,dll
b. nilai kerumahtanggaan
yaitu nilai yang diharapkan berkembang dalam etiap keluarga.
c. Nilai kemandirian kaum wanita
Yaitu, Nilai yang diharapkan dapat dimiliki setiap wanita.
2.                Makna Harapan
Bukan dengan keserakahan, kita hidup. Dan bukan karena sebuah khayalan, kita bertahan. Kita hidup karena harapan. Harapan yang membuat kita terus bernapas, tetap bergerak, dan tinggi bermimpi. Tanpa harapan, manusia akan hampa dan tidak akan memiliki jiwa yang menembus batas keterbatasan.
Harapan seperti api lilin kehidupan ditengah gelapnya malam. Ia menjadi imaji, pemantik terang, dan penenang sukma. Dengan harapan, semua manusia menambah keberaniannya. Dan dengan harapan pula, manusia percaya pada cita-cita. Harapan mengubah ketidakpastian menjadi peluang. Harapan juga yang menggeser paradigma sebuah ketidakmungkinan.
Bicara akan harapan, kita berbicara tentang “kita”, bukan “aku”, “kamu” atau “dia”. Harapan terpupuk karena orang disekitar kita. Harapan pupus adalah bersumber dari diri sendiri, namun harapan subur adalah bersumber dari kita dan juga kumpulan semangat doa dari orang sekitar kita.
Tentang harapan, mari kita belajar pada bijak bestari di sekeliling kita. Lihatlah semangat mereka saat terjatuh, perhatikan senyuman mereka saat mendapatkan beban masalah, dan rasakan spirit yang mereka curahkan saat memetik hikmah sebuah kecutnya kehidupan.
Harapan selalu dekat dengan sabar dan juga syukur. Ketika harapan sampai pada kenyataan, maka dia dekat dengan syukur. Dan ketika harapan berakhir sebelum sampai tujuan, maka dia dekat dengan sabar. Sungguh indah bukan kawan, tentang cerita orang yang memiliki pengharapan?
3.                Makna Kepercayaan
   Kepercayaan berasal dari kata percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran.
Adapun ucapan yang sering kita dengar :
1.       Ia tidak percaya pada diri sendiri
2.       Saya tidak percaya ia berbuat seperti itu atau berita itu kurang dapat dipercaya akan kebenarannya.
3.       Kita harus percaya akan nasihat-nasihat Kiai itu, karena nasihat-nasihat itu diambil dari ajaran AL-Quran dan sebagainya.

Dengan contoh berbagai kalimat yang sering kita dengar dalam ucapan sehari-hari itu, maka jelaslah kepada kita bahwa dasar kepercayaan itu adalah kebenaran. Ada jenis pengetahuan yang dimiliki seseorang, bukan karena merupakan hasil penyelidikan sendiri, melainkan diterima dari orang lain. Kebenaran pengetahuan yang didasarkan atas orang lain itu dapat dipercaya. Yang diselidiki bukan lagi masalahnya, melainkan orang lain yang memberitahukan itu dapat dipercaya atau tidak. Pengetahuan yang diterima dari orang lain atas kewibawaannya itu disebut kepercayaan. Makin besar kewibawaan yang memberi tahu mengenai pengetahuan itu makin besar kepercayaan.

Dalam hal beragama tiap-tiap orang wajib menerima dan menghormati kepercayaan orang yang beragama itu. Dasarnya ialah keyakinan masing-masing. Misalnya Adi beragama islam, maka yakinlah Adi bahwa agama itu benar. Kalau Adi tidak yakin bahwa agama itu benar, maka itu bukan agama bagi Adi. Sebaliknya, kalau orang lain beragama lain, harus dianggap bahwa ia yakin terhadap kebenaran agaa itu. Keyakinan itulah yang perlu dihormati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar