Pengertian Kebenaran dan Hal-hal yang berkaitan dengan Kebenaran
Kebenaran selalu menjadi menu utama para Filosof, Ulama atau Rohaniwan pada
saat mereka berfilsafat atau berfikir. Dalam hal ini tidak ketinggalan
Romi Satria Wahono sebagai tokoh filsafat muda di Indonesia. Pada forum ini
penulis ikut pula mendampingi mereka yang telah mendahului dengan
berbagai argumentasinya. Hampir semua Filosof (orang yang mengharungi
persoalan filsafat ) merumuskan pengertian kebenaran sebagai pernyataan
(proposisi) . Tapi dalam tulisan ini pernyataan
(proposis) tersebut
penulis tidak menjelaskannya. Penulis akan mencoba mengetengahkan
tinjauan lain dari konsep kebenaran yakni dalam perspektif Al-Qur’an.
Mudah-mudahan kita semua mendapat sebuah perbandingan.
Firman Allah yang ada di dalam Al
Quran sebagai berikut:Sungguh Kebenaran itu datang dari
Tuhanmu. oleh sebab itu janganlah kamu termasuk orang yang ragu.
Qs. 3: 60 Sungguh Kebenaran itu datang dari Tuhanmu…..Tentu saja
yang “datang dari Tuhanmu” adalah apa saja yang diciptakanNya. Apa saja yang
diciptakanNya adalah apa yang “ada” di langit dan apa
yang ada di bumi serta apa yang ada di antara keduanya.
Kebenaran diartikan
adalah semua yang “ada”, apa yang ada di langit, apa yang ada di bumi dan
apa yang ada di antara keduanya dengan segala atributnya. Semua apa yang“ada” itulah yang datang dari
Tuhanmu ( Allah ). Karena semuanya itu adalah datang (ciptaan) dari
Allah swt.
Apa yang ada terwujud atau
didukung oleh tiga faktor utama yakni zat,
bentuk dan sifat. Apa yang ada bisa saja berupa benda, berupa
proses atau perbuatan, berupa kondisi atau situasi. Di samping itu, termasuk
juga wahyu atau Firman Allah yang berupa kitab suci. Dengan kata lain kebenaran
itu adalah semua isi alam ini atau alam semesta dengan segala zat yang ada,
segala bentuk dan segala sifat yang melekat padanya. Keberadaannya atau
eksisitensinya tidak dapat dibantah atau dinafikan oleh siapapun. Makanya
kita wajib mengakuinya sampai pada tingkat tidak ada keraguan padanya.
Perlu juga diketahui, pengertian kebenaran di dalam
masyarakat cenderung menjurus kepada apa yang dikatakan atau sama dengan
konsep betul. Kasus ini sangat mudah ditemui didalam pemakaian kata “benar” dan
kata “betul” secara bergantian pada hal-hal yang sama, seperti 2 +
2 = 4 (dinyatakan dengan ungkapan benar atau betul). Pada hal konsep
benar dan betul berbeda.Dalam hal ini dapat kita berikan contoh; batu itu keras. Terhadap hal yang demikian maka kita
akan memberikan pernyataan atau pengakuan dengan menggunakan kata benar .
Jika sebuah batu , dimasukkan ke dalam air maka batu itu akan
terbenam, keadaan yang seperti itu dinyatakan dengan menggunakan
kata benar.
Tahi ayam baunya busuk, keadaan seperti itu dinyatakan sebagai benar, kemudian ada orang yang mengatakan nama
saya Jalius juga diakui dengan menggunakan kata benar. Jadi dengan contoh yang telah
disebutkan tadi maka dapat diambil pengertian benar,
yakni sesuatu yang ada ,
adanya itu tidak dapat dinafikan atau disangkal. Adanya itu “sungguh ada” dan tidak bisa di pungkiri oleh
siapapun. Siapapun orangnya dia akan menemukan seperti itu adanya. Dia
tidak dapat dibantah atau menyangkalnya. Siapa saja dan dimana saja jika
dia bertemu dengan batu, dia akan mendapatkan batu itu dalam keadaan keras dan
akan terbenam jika dimasukan ke dalam air. Mutlak adanya.
Konsep kebenaran oleh kebanyakan orang sering juga
disamakan dengan konsep baik (kebaikan) atau
sesuatu yang dianggap baik atau yang menyangkut dengan nilai atau norma
saja. Penulis menganggap konsep baik
dan buruk adalah merupakan konsep nilai,bukan
kosep kebenaran. Dalam hal ini kita wajib membedakan
dengan tegas antara kebenaran dengan konsep nilai. Konsep nilai memiliki
peringkat mulai yang paling buruksampai kepada yang paling baik.
Dalam hal ini kita dapat saja membuat sebuah skala perbandingan atau strata,
misalnya skala 1 – 5, skala 1 – 10 atau dengan menggunakan persentase.
Konsep nilai harus kita tempatkan pada satu ketentuan,
yakni dalam hubungan sesuatu dengan kebutuhan atau kepentingan. Jika ada
sesuatu yang dibutuhkan, sesuatu itu memang sesuai atau dapat memenuhi
kebutuhan atau kepentingan tertentu maka kesesuaian tersebut diakui dan
dinyatakan dengan sebuah kata, yaitu dengan kata baik. Kata / pernyataan “baik” adalah merupakan
pengakuan terhadap kecocokan sesuatu dengan kebutuhan. Sebaliknya kalau
sesuatu tidak sesuai atau tidak cocok dengan kepentingan atau kebutuhan
maka sesuatu itu disebut buruk. Pada hal yang demikianlah konsep nilai
kita bangun. Kedalam konsep ini kita masukan persoalan boleh atau tidak boleh
melakukan suatu proses atau tindakan. Dalam lingkup yang lebih luas kita
mengenal istilah budaya dan peradaban, di sinilah letaknya persoalan-persoalan kebajikan. Kata terakhir ini sangat
jelas menunjuk kepada bentuk-bentuk perbuatan yang kita disetujui
(kebaikannya)
oleh / bersama orang lain ( komunitas).
Berdasarkan pemahaman penulis terhadap Al-Quran dan apa
yang ada di alam semesta ini, maka kebenaran adalah apa yang ada dengan segala atributnya. Kebenaran
dapat dikelompokkan dalam empat kategori yakni; alam
syahadah, alam gaib, alam lahir (zahir) dan alam bathin .
Pertama alam syahadah yakni alam yang dapat
disaksikan dengan panca indera kita, dapat dilihat dengan mata, dapat dirasakan
oleh kulit dan lidah, dapat dicium dengan hidung dan didengar dengan telinga.
Keduaalam gaib,
yaitu alam yang tidak dapat atau belum disaksikan dengan panca indera. Gaibnya
sesuatu dapat dikarenakan alam itu telah berlalu masa adanya, seperti nenek
kita yang telah meninggal. Gaibnya sesuatu dapat dikarenakan tempatnya jauh
dari kita atau terhalang oleh sesuatu yang lain. Ada pula alam gaib atau
sesuatu yang gaib belum datang atau belum ada dekat panca indera kita,
seperti HP (hand phone) belum ada seratus tahun yang lalu, makanya HP
adalah suatu yang gaib bagi masyarakat waktu itu. Demikian pula kita sekarang,
apa yang mungkin ada sepuluh tahun yang akan datang, bagi kita hal
yang demikian adalah gaib, seperti sorga dan neraka juga. Kedalam
kelompok ini juga termasuk malaikat dan jin.
Ketiga alam zahir, alam zahir ini menunjukan suatu kondisi
atau keadaan, misalnya cuaca cerah, ruang kelas kotor atau berantakan.
Persoalan zahir ini sering kita hadapi dalam penataan pembangunan, seperti
jalan mulus dan model bangunan. Kalau pada tampilan sesorang biasanya disebut
sebagai ekpresi.
Keempat alam bathin, biasanya setiap orang punya perasaan (dalam
hati), misalnya orang tua kita meniggal dunia, kita merasa sedih atau
cemas, cemas atau sedih itulah yang alam
bathin. Kurang semangat kerja atau sebaliknya itulah alam
bathin.Kita bercinta atau bersahabat dengan orang lain, itu akan
ditentukan kadarnya oleh alam bathin kita
masing-masing. Pengetahuan atau pemahaman dimasukan kedalam kelompok ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar