Minggu, 25 November 2012

Pengertian Kebenaran dan Hal-hal yang berkaitan dengan Kebenaran


Kebenaran selalu menjadi menu utama para Filosof, Ulama atau Rohaniwan pada saat mereka berfilsafat atau berfikir. Dalam hal ini tidak ketinggalan  Romi Satria Wahono sebagai tokoh filsafat muda di Indonesia. Pada forum ini penulis ikut pula mendampingi mereka yang telah  mendahului dengan berbagai argumentasinya.   Hampir semua  Filosof (orang yang mengharungi persoalan filsafat ) merumuskan  pengertian kebenaran sebagai pernyataan (proposisi) . Tapi dalam tulisan ini pernyataan (proposis) tersebut  penulis tidak menjelaskannya. Penulis akan mencoba mengetengahkan tinjauan lain dari konsep kebenaran yakni dalam perspektif Al-Qur’an. Mudah-mudahan kita semua mendapat sebuah perbandingan.
 Firman Allah yang ada  di dalam  Al Quran  sebagai berikut:Sungguh Kebenaran itu datang dari Tuhanmu. oleh sebab itu janganlah  kamu termasuk orang  yang ragu.   Qs.  3: 60  Sungguh Kebenaran itu  datang dari Tuhanmu…..Tentu saja yang “datang dari Tuhanmu” adalah apa saja yang diciptakanNya. Apa saja yang diciptakanNya adalah apa yang  “ada”  di langit dan apa yang ada di bumi serta apa yang ada di antara keduanya.
Kebenaran diartikan  adalah semua yang “ada”, apa yang ada di langit, apa yang ada di bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan segala atributnya.  Semua apa yang“ada”  itulah yang datang dari Tuhanmu ( Allah ). Karena semuanya itu adalah datang  (ciptaan)  dari  Allah swt.
Apa yang ada   terwujud atau didukung oleh tiga faktor utama yakni zat, bentuk dan sifat. Apa yang ada bisa saja berupa benda, berupa proses atau perbuatan, berupa kondisi atau situasi. Di samping itu, termasuk juga wahyu atau Firman Allah yang berupa kitab suci. Dengan kata lain kebenaran itu adalah semua isi alam ini atau alam semesta dengan segala zat yang ada, segala bentuk dan segala sifat  yang melekat padanya. Keberadaannya atau eksisitensinya tidak dapat dibantah atau dinafikan oleh siapapun.  Makanya kita wajib mengakuinya sampai pada tingkat tidak ada keraguan padanya.
Perlu juga diketahui, pengertian kebenaran di dalam masyarakat  cenderung menjurus kepada apa yang dikatakan atau sama dengan konsep betul. Kasus ini sangat mudah ditemui didalam pemakaian kata “benar” dan kata “betul” secara bergantian pada hal-hal yang sama, seperti  2  + 2 =  4 (dinyatakan dengan ungkapan benar atau betul). Pada hal konsep benar dan betul berbeda.Dalam hal ini   dapat kita  berikan contoh; batu itu keras.  Terhadap hal yang demikian maka kita akan memberikan pernyataan atau pengakuan dengan menggunakan kata  benar .  Jika sebuah batu ,  dimasukkan ke dalam air maka batu itu akan terbenam,  keadaan yang seperti itu dinyatakan dengan  menggunakan  kata benar.  Tahi ayam baunya busuk, keadaan seperti itu dinyatakan sebagai benar, kemudian ada orang yang mengatakan nama saya  Jalius  juga diakui dengan menggunakan kata benar.  Jadi dengan contoh yang telah disebutkan  tadi maka dapat diambil pengertian benar,  yakni  sesuatu yang ada ,  adanya itu tidak dapat dinafikan atau disangkal.  Adanya itu “sungguh ada” dan tidak bisa di pungkiri oleh siapapun. Siapapun orangnya  dia akan menemukan seperti itu adanya. Dia tidak dapat dibantah atau  menyangkalnya. Siapa saja dan dimana saja jika dia bertemu dengan batu, dia akan mendapatkan batu itu dalam keadaan keras dan akan terbenam jika dimasukan ke dalam air. Mutlak adanya.
Konsep kebenaran oleh kebanyakan orang sering juga disamakan dengan konsep baik (kebaikan) atau sesuatu yang dianggap baik atau   yang menyangkut dengan nilai atau norma saja. Penulis menganggap konsep  baik dan buruk  adalah merupakan konsep nilai,bukan  kosep kebenaran. Dalam hal ini kita wajib membedakan dengan tegas antara kebenaran dengan konsep nilai. Konsep nilai memiliki  peringkat mulai yang paling buruksampai kepada yang paling baik. Dalam hal ini kita dapat saja membuat sebuah skala perbandingan atau strata, misalnya skala 1 – 5, skala 1 – 10 atau dengan menggunakan persentase.
Konsep nilai harus kita tempatkan pada satu ketentuan, yakni dalam hubungan sesuatu dengan kebutuhan atau kepentingan. Jika ada sesuatu yang dibutuhkan, sesuatu itu memang sesuai atau dapat memenuhi kebutuhan atau kepentingan tertentu maka  kesesuaian tersebut diakui dan dinyatakan dengan sebuah kata, yaitu  dengan kata  baik. Kata / pernyataan “baik” adalah merupakan pengakuan terhadap kecocokan sesuatu dengan kebutuhan.  Sebaliknya kalau sesuatu  tidak sesuai atau tidak cocok dengan kepentingan atau kebutuhan maka sesuatu itu disebut buruk.  Pada hal yang demikianlah konsep nilai kita bangun. Kedalam konsep ini kita masukan persoalan boleh atau tidak boleh melakukan suatu proses atau tindakan. Dalam lingkup yang lebih luas kita mengenal istilah budaya dan peradaban, di sinilah letaknya persoalan-persoalan kebajikan. Kata terakhir ini sangat jelas menunjuk kepada bentuk-bentuk perbuatan yang  kita   disetujui (kebaikannya) oleh / bersama orang lain ( komunitas).
Berdasarkan pemahaman penulis terhadap Al-Quran dan apa yang ada di alam semesta ini, maka  kebenaran  adalah apa yang ada dengan segala atributnya. Kebenaran  dapat dikelompokkan dalam  empat  kategori yakni;  alam syahadah, alam gaib, alam lahir  (zahir) dan alam bathin .
Pertama alam syahadah yakni alam yang dapat disaksikan dengan panca indera kita, dapat dilihat dengan mata, dapat dirasakan oleh kulit dan lidah, dapat dicium dengan hidung dan didengar dengan telinga.
Keduaalam gaib, yaitu alam yang tidak dapat atau belum disaksikan dengan panca indera. Gaibnya sesuatu dapat dikarenakan alam itu telah berlalu masa adanya, seperti nenek kita yang telah meninggal. Gaibnya sesuatu dapat dikarenakan tempatnya jauh dari kita atau terhalang oleh sesuatu yang lain. Ada pula alam gaib atau sesuatu yang gaib belum datang atau belum ada dekat panca indera kita, seperti  HP (hand phone) belum ada seratus tahun yang lalu, makanya HP adalah suatu yang gaib bagi masyarakat waktu itu. Demikian pula kita sekarang, apa yang mungkin ada sepuluh tahun yang akan datang, bagi kita hal yang demikian adalah  gaib, seperti sorga dan neraka juga. Kedalam kelompok ini juga termasuk malaikat dan jin.
Ketiga alam zahir, alam zahir ini menunjukan suatu kondisi atau keadaan, misalnya cuaca cerah, ruang kelas kotor atau berantakan. Persoalan zahir ini sering kita hadapi dalam penataan pembangunan, seperti jalan mulus dan model bangunan. Kalau pada tampilan sesorang biasanya disebut sebagai ekpresi.
Keempat alam bathin, biasanya setiap orang punya perasaan (dalam hati), misalnya orang tua kita meniggal dunia, kita merasa sedih  atau cemas, cemas atau sedih itulah yang alam bathin. Kurang semangat kerja atau sebaliknya itulah alam bathin.Kita bercinta atau bersahabat dengan orang lain, itu akan ditentukan kadarnya oleh alam bathin kita masing-masing. Pengetahuan atau pemahaman dimasukan kedalam kelompok ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar